Welcome in My Blog

Selamat Datang di Blog Celoteh-celotehan Ichsan

Tuesday, April 26, 2011

Yang Lalu Biar Berlalu


Mengingat dan mengenang masa lalu, kemudian bersedih atas nestapa dan kegagalan di dalamnya merupakan tindakan bodoh dan gila. Itu, sama artinya dengan membunuh semangat, memupuskan tekad dan mengubur masa depan yang belum terjadi.

Bagi orang yang berpikir, berkas-berkas masa lalu akan dilipat dan tak pernah dilihat kembali. Cukup ditutup rapat-rapat, lalu disimpan dalam ‘ruang’ penglupaan, diikat dengan tali yang kuat dalam ‘penjara’ pengacuhan selamanya. Atau, diletakkan di dalam ruang gelap yang tak tertembus cahaya. Yang demikian, karena masa lalu telah berlalu dan habis. Kesedihan tak akan mampu mengembalikannya lagi, keresahan tak akan sanggup memperbaikinya kembali, kegundahan tidak akan mampu merubahnya menjadi terang, dan kegalauan tidak akan dapat menghidupkannya kembali, karena ia memang sudah tidak ada.

Jangan pernah hidup dalam mimpi buruk masa lalu, atau di bawah payung gelap masa silam. Selamatkan diri Anda dari bayangan masa lalu! Apakah Anda ingin mengembalikan air sungai ke hulu, matahari ke tempatnya terbit, seorok bayi ke perut ibunya, air susu ke payudara sang ibu, dan air mata ke dalam kelopak mata? Ingatlah, keterikatan Anda dengan masa lalu, keresahan Anda atas apa yang telah terjadi padanya, keterbakaran emosi jiwa Anda oleh api panasnya, dan kedekatan jiwa Anda pada pintunya, adalah kondisi yang sangat naif, ironis, memprihatinkan, dan sekaligus menakutkan.

Membaca kembali lembaran masa lalu hanya akan memupuskan masa depan, mengendurkan semangat, dan menyia-yiakan waktu yang sangat berharga. Dalam Al-Qur’an, setiap kali usai menerangkan kondisi suatu kaum dan apa saja yang telah mereka lakukan, Allah selalu mengatakan, “Itu adalah umat yang lalu.” Begitulah, ketika suatu perkara habis, maka selesai pula urusannya. Dan tak ada gunanya mengurai kembali bangkai zaman dan memutar kembali roda sejarah.

Orang yang berusaha kembali ke masa lalu, adalah tak ubahnya orang yang menumbuk tepung, atau orang yang menggergaji serbuk kayu.

Syahdan, nenek moyang kita dahulu selalu mengingatkan orang yang meratapi masa lalunya demikian: “janganlah engkau mengeluarkan mayat-mayat itu dari kuburnya.” Dan konon, kata orang yang mengerti bahasa binatang, sekawanan binatang sering bertanya kepada seekor keldai begini, “Mengapa engaku tidak menarik gerobak?”

“Aku benci khayalan,” jawab keledai.

Adalah bencana besar, manakala kita rela mengabaikan masa depan dan justru hanya disibukkan oleh masa lalu. Itu, sama halnya dengan kita mengabaikan istana-istana yang indah dengan sibuk meratapi puing-puing yang telah lapuk. Padahal, betapapun seluruh manusia dan jin bersatu untuk mengembalikan semua hal yang telah berlalu, niscaya mereka tidak akan pernah mampu. Sebab, yang demikian itu sudah mustahil pada asalnya.

Orang yang berpikiran jernih tidak akan pernah melihat dan sedikitun menoleh ke belakang. Pasalnya, angin akan selalu berhembus ke depan, air akan mengalir ke depan, setiap kafilah akan berjalan ke depan, dan segala sesuatu bergerak maju ke depan. Maka itu, janganlah pernah melawan sunah kehidupan!

(La Tahzan)

Ayah Bunda ku

Ayah, Bunda ku
bertumpuk jasamu padaku
tiada payah kalian bekerja
biar putra-putrimu bahagia

Wahai Ayah . . . . . Bunda ku
apakah gerangan kubalas untukmu
harta bendakah . . .? ? ?

Oh . . . Bukan Nak . . . Bukan itu
Ayah Bunda mu rela selalu
bila kebaktian mu terlepas untuk kami
tiap hari menuntut ilmu
tuk bekal di hari tua

sanubari ku telah berjanji
amanat beliau ku hayati
agar di redhoi Tuhan nanti...

My Best Friend

Maafkan diriku telah mengabaikanmu
Maafkan aku, telah terlambat memberi kabar untukmu
aku telah meninggalkanmu
Setahun lamanya pun tanpa sepucuk surat tiba
Sejak persahabatan indah yang kita jalin

Walau sebentar, aku begitu bangga mengenalmu
Kuakui, aku bukanlah sahabat terbaik
Namun saat ini, aku rindu padamu
Ingin ku curahkan semua perasaan lukaku
Sakit hati tentang kekasih, padamu
Agar dapat kau dengarkan Kisah Cintaku
Akankah kau mengerti?
Bukan aku tega atau lupa

Akankah Tuhan masih memberi waktu untukku
buat bertemu kau kembali
Andai engkau tau,
kabari aku dimana engkau berada